PUDARNYA 27 TAHUN REFORMASI (21 MEI 1998), QUO VADIS INDONESIA?

Oleh: Dr. Riyan M.Ag (Peneliti di Masyarakat Sosial Politik Indonesia – MSPI)

James Luhulima, dalam Hari-Hari Terpanjang:Menjelang Mundurnya Presiden Suharto (2003), menuturkan sebuah ungkapan optimis seorang Amien Rais pada Kamis 21 Mei 1998 dinihari : “Mas Amien, most probably, the old man has resigned”. Demikian info A1 dari seseorang -belakangan diketahui sebagai Prof Yusril Ihza Mahendra, bahwa Suharto yang sudah berkuasa lebih dari 30 tahun kemungkinan besar akan mundur hari itu.

Benar, kamis paginya, ditengah gelombang demo mahasiswa, di ruang Credential Room Istana Negara, jam 09.00 wib, Presiden menyatakan dalam pidato singkatnya: “….Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.” Berikutnya wapres Habibie diambil sumpah sebagai presiden agar tidak ada vacuum of power dan membuka era baru, yang dalam headline Kompas(21/5/1998) berbunyi: “Selamat Datang Pemerintahan Baru”.

Fakta menarik dimuat dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat bagaimana ‘Presiden Bill Clinton mendesak Presiden Soeharto untuk menerima berbagai persyaratan berat Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari 1998’. Desakan ini terungkap dalam dokumen transkrip pembicaraan telepon antara Clinton dan Soeharto yang diterbitkan Arsip Keamanan Nasional AS (NSA) pada 24 Juli 2018. “Saya memahami Direktur Pelaksana IMF, Camdessus, akan berada di Jakarta dan saya mendesak Anda dan tim ekonomi Anda untuk bekerja sama secara erat dengannya,” demikian salinan percakapan telepon kedua pemimpin negara pada tanggal 8 Januari 1998 yang dibuka kepada umum oleh NSA.

Tekanan lebih kuat, disampaikan Clinton melalui menlu AS, Madeline Albright, pada Rabu 20 Mei 1998, sehari sebelum Suharto lengser, dikutip Los Angeles Times edisi 21 Mei 1998: “President Suharto has given much to his country over the past 30 years, raising Indonesia’s standing in the world and hastening Indonesia’s economic growth and integration into the global economy,” Albright said. “Now he has the opportunity for a historic act of statesmanship.”(Albright Calls on Suharto to Step Aside https://www.latimes.com/archives/la-xpm-1998-may-21-mn-52219-story.html). Hal ini senada sebagaimana diberitakan koran The New York Times, edisi 21 Mei 1998, dengan judul: Albright Nudges Suharto to Resign : ‘An Opportunity For Statesmanship'(https://www.nytimes.com/1998/05/21/news/albright-nudges-suharto-to-resign-an-opportunity-for-statesmanship.html)

Setelah 27 tahun berlalu, Indonesia sudah berganti enam presiden setelah era Soeharto, Quo Vadis Indonesia? Semakin baikkah dibanding 1998?

Sepuluh tahun terakhir, cita-cita reformasi digerus politik dinasti dan oligarki politik dan ekonomi. Korupsi menjadi-jadi, nilai tukar rupiah yang makin anjlok terhadap dollar (Rp 16.288 untuk 1 US dollar, 28 Mei 2025; bandingkan 1 Juli 1997- 1 US dollar setara sekitar Rp 2.450). Pajak semakin membebani, hutang sektor publik telah mencapai Rp.17.095 trilyun setara 77% lebih dari PDB. Bahkan diperkirakan sudah menembus angka Rp 20.000 trilyun yang hampir 100% PDB (Awalil Rizky, 2025).

Keniscayaan bila dibutuhkan perubahan fundamental yang menyentuh kepada basis atau akar dari sistem di negeri ini, bukan hanya sekedar pergantian elite (sirkulasi elite, atau sirkus elite(?)) atau perbaikan parsial semata.

Demikian.

1.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top