
Oleh: Dr. Riyan, M.Ag
Alhamdulillah. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H.
Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Shiyamana wa shiyamakum. Kullu ‘aamin wa antum bi khairin. Minal ‘Aidin wal Faizin. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Setelah sebulan lamanya, umat Islam menjalankan ibadah shaum Ramadhan, tibalah hari yang Fitri 1 Syawal 1446 H.
Shaum mengajarkan kita dua dimensi ibadah sekaligus. Makin taat secara vertikal (habl min Allah) dan makin shaleh, makin peduli secara sosial (habl min an-Nas). Dengan taburan dan limpahan pahala untuk setiap amalan yang wajib dan sunnah. Mulai tarawih,sedekah, tadarus, sampai i’tikaf menjemput Lailatul Qadr yang lebih baik dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan), zakat fitrah,shalat idul fitri, dan silahturahim.
Kini setelah sebulan berlalu, kiranya energi positif yang dibangun di dalam bulan Ramadhan sudah terakumulasikan secara solid dan siap dijadikan bekal untuk perjalanan sebelas bulan ke depan. Ibarat ulat yang menjadi kepompong dan mentransformasi menjadi kupu-kupu yang indah.
Bila energi positif shaum Ramadhan dan Idul Fitri digabungkan dengan energi positif mudik-ke kampung halaman dan sungkem kepada kedua orangtua atau yang lebih sepuh, meski tahun ini menurun 24%- di tengah hiruk pikuk berbagai masalah yang tidak henti-hentinya, baik skala nasional – korupsi, phk, anjloknya ihsg, pagar laut, teror, UU TNI, dll dan internasional-penjajahan di Palestina, derita Rohignya, kebrutalan AS, dll. Maka gabungan dua energi ini seharusnya menjadi bekal cukup bertransformasi, baik secara individu, kelompok, dan negara.
Perubahan sosial berdimensi ganda ibarat dua sisi mata uang. Secara kultural melalui proses perubahan diri dan kelompok dengan kebiasaan (habitus) yang positif. Juga secara struktural dalam rangka penataan ulang asas, relasi, pola, dan konstelasi bernegara, yang fundamental. Mereka yang mengawal perubahan sosial paripurna, tidak mendikotomikan kedua dimensi tetapi memadukan secara tepat. Maka kesuksesan perubahan sosial hanyalah masalah waktu. It’s a matter of time.
Belajar dari pengalaman transformasi paripurna -kultural dan struktural-yang dilakukan Muhammad Rasulullah SAW. sejak dari Mekah ke Madinah, selama 23 tahun, sebagaimana diakui oleh Michael H Hart yang menempatkan Muhammad sebagai urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah.
Katanya, “My choice of Muhammad to lead the list of the world’s most influential persons may surprise some reader and maybe questioned by others. But he has only man in history who was supremely successful on both religion and secular levels.” (Jatuhnya pilihan saya pada Muhammad untuk memimpin di tempat teratas daftar pribad-ipribadi yang paling berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya. Namun dia memang satu-satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang keduniawian) (Michael H. Hart, The 100 : A Ranking of The Most Influential person in History, 1918).
Demikian.
*Penulis Peneliti di Masyarakat Sosial Politik Indonesia – MSPI