Potensi Bunuh Diri Israel dalam Perang Lebanon

Hasbi Aswar
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Hanya keangkuhan yang membuat Israel bertahan untuk terus melakukan serangan di Gaza dan memperluasnya sampai ke Lebanon hingga hari ini. Perang di Gaza saja sudah menewaskan ribuan tentara belum lagi ribuan lain yang terluka dan trauma. Saat ini Hizbullah sudah menyambut para tentara Israel dengan tangan terbuka dan persiapan serangan – serangan yang mematikan bagi tentara Israel.

Setelah hampir setahun serangan Israel ke Gaza, perang memasuki babak baru dengan perluasan area perang Israel ke Lebanon. Ini memang sudah diprediksi, sebab Hizbullah telah melakukan serangan – terus menerus dengan ribuan rudal yang menarget berbagai fasilitas militer di wilayah utara Israel.

Hal ini membuat pemukim ilegal Israel di wilayah utara ketakutan sehingga sekitar 60.000 lebih yang melarikan diri dari wilayah itu.

Israel telah mencoba melakukan serangan balik dan membunuh tokoh – tokoh penting Hizbullah termasuk menyerang fasilitas Iran di Suriah, dan berhasil menginfiltrasi keamanan Iran dengan membunuh Ismail Haniyeh. Tapi, ini tidak mengendorkan serangan – serangan Hizbullah terhadap Israel. Akhirnya, Israel melakukan bombardir terhadap fasilitas Hizbullah dan berhasil menewaskan Hassan Nasrallah, pimpinan dari kelompok ini.

Saat ini, Israel telah memulai melakukan serangan darat terhadap area Lebanon melalui pengerahan pasukan, tank yang di kawal oleh pesawat – pesawat tempur Israel.

Pertempuran sengit antara kedua belah pihak telah terjadi. Dan korban mulai berjatuhan di kedua belah pihak baik yang tewas maupun terluka.

Dari sisi kekuatan, Israel tentu lebih tangguh dengan penguasaannya terhadap teknologi perang yang canggih baik darat maupun udara tentunya berbeda jauh dibanding dengan kekuatan yang dimiliki oleh Hizbullah.

Ledakan ribuan Pager dan Walkie Talky yang diduga didesain Israel adalah bukti bahwa Israel berada di atas Hizbullah secara militer.

Dari sisi jumlah pasukan, Israel juga masih unggul dari Hizbullah yang maksimal memiliki 100.000 pasukan aktif. Dibanding Israel yang memiliki lebih dari 500 ribu pasukan aktif dan cadangan.  

Meskipun demikian, keunggulan Israel ini tidak serta merta membuat Israel lebih unggul dalam perang. Utamanya dalam perang darat.

Terbukti, setahun Israel berupaya melawan para pejuang Gaza sampai saat ini belum selesai. Israel bahkan tidak mampu membebaskan lebih 100 warganya sendiri yang masih di tahan Hamas. Korban dipihak tentara Israel pun masih berjatuhan oleh serangan – serangan kilat para pejuang di Gaza. Hampir seribu orang tentara Israel (IDF) yang tewas dan ribuan lainnya terluka.

Ditambah lagi, Tentara Israel yang telah terlibat perang di Gaza selama berbulan – bulan telah mengalami kelelahan, yang mempengaruhi semangat berperang mereka.  Pihak Israel sendiri mengakui bahwa puluhan ribu tentara mereka telah mengalami gangguan mental dan meminta bantuan terapi sejak perang Gaza terjadi.  

Hal ini juga akan terulang kembali di Lebanon jika Israel tetap bersikukuh untuk melanjutkan serangan melawan Hizbullah.

Memang, Israel lebih unggul dari sisi teknologi, tapi Hizbullah menguasai medan pertempuran yang pada akhirnya akan membuat Israel kewalahan. Terbukti, baru saja operasi darat dimulai di Lebanon Selatan, empat belas pasukan Israel langsung tewas oleh bom Hizbullah.

Jika Israel gagal menghadapi Hizbullah, strategi pembumi hangusan juga kemungkinan besar akan menjadi pilihan melalui serangan membabi buta dan tanpa pandang bulu terhadap rakyat Lebanon.

Seandainya sejak awal rezim Netanyahu menuruti tuntutan gencatan senjata, kondisi tidak akan serumit sekarang ini.  Saat ini saja warga – warga Israel sudah banyak yang melarikan diri keluar negeri dan tidak berani kembali lagi.

Tidak ada pilihan lain bagi Netanyahu kecuali menghentikan agresinya dan memberikan jalan untuk pemulihan wilayah yang sudah dicaplok selama ini kepada warga Palestina.

Tapi jika Israel masih tetap dengan pendirian untuk terus melakukan penyerangan, kita tunggu saja sampai kapan Israel bisa bertahan sampai lelah, dan berhenti. Sementara para pejuang akan merayakan mundurnya Israel ke barak – barak mereka dengan tertunduk malu.

Hal ini bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Amerika Serikat telah melakukan perang melawan Taliban selama 20 tahun di Afghanistan dengan segala kecanggihan militer serta jumlah pasukan yang mereka miliki. Namun, pada akhirnya memilih mundur dan memberikan jalan kembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan.  

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top