
Hasbi Aswar
Kehadiran Monique Rijkers dalam berbagai acara yang terkait dengan perang Gaza dalam dua tahun terakhir di berbagai media Nasional adalah sebuah pelanggaran terhadap semangat konstitusi kita dalam berbangsa dan bernegara.
Monique Rijkers adalah seorang aktifis pro-israel yang di berbagai forum selalu membawa narasi yang membela Israel dalam berbagai tindakannya terhadap warga Palestina.
Mempertimbangkan posisi tersebut, seharusnya media tidak ada alasan untuk mengundang sosok pembela Israel ini.
Israel sejak lebih 75 tahun yang lalu telah menduduki Palestina; dan dua terakhir melakukan upaya Genosida terhadap kurang lebih dua juta warga Gaza dan lebih lima puluh ribu telah tewas serta ratusan ribu lainnya luka.
Jika Indonesia dan para awak media konsisten dengan sikap bahwa Israel adalah penjahat, perampok, dan pelaku genosida maka, tidak ada alasan pendukung kejahatan diberikan tempat untuk membela para penjahat dan penjajah tersebut.
Mungkin dengan alasan cover both side atau keberimbangan dalam peliputan media. Namun, media mesti sadar untuk selalu taat pada konstitusi, undang – undang dan nilai – nilai universal yang telah kita sepakati. Belum lagi, Indonesia adalah negara Muslim terbesar di Dunia. Dengan memberikan tempat buat narasi pendukung para pembunuh saudara – saudara di Palestina adalah sebuah penghinaan dan menambah luka umat Islam di Indonsia bahkan dunia.
Meski dengan alasan edukasi, dan keberimbangan, dengan menghadirkan Monique Rijkers, tidak ada yang bisa menjamin bahwa bangsa Indonesia tidak ada yang tersesat oleh narasi – narasi yang pro – Israel yang selalu dipropagandakannya.
Dengan hadirnya Monique sang pendukung Zionis, akan menimbulkan rasa sakit hati, kemarahan, bahkan berpotensi menimbulkan kebingungan bagi rakyat Indonesia. Tidak menutup kemungkinan, ada banyak juga yang jadi simpati terhadap Israel dan mendukung Israel. Ini jelas nyata – nyata adalah pelanggaran terhadap konstitusi kita yang anti penjajahan.
Mungkin hanya sekedar diskusi, tapi perlu diingat mengakomodasi narasi pro-penjajah secara politis berarti memberikan kesempatan penjajah dan para pendukungnya untuk menjustifikasi kejahatan yang mereka lakukan.
Seharusnya media bisa bersikap jelas dan lantang serta detail terkait dengan keberpihakan terhadap konstitusi kita dan semangat pembelaan terhadap Palestina serta tidak bersikap ganda.
Kalau tidak setuju tidak apa apa – apa tapi, mari kita bertanya pada diri kita, relakah jika ada media yang mengundang Jepang dan Belanda untuk berdebat dengan kita sebagai kontra narasi bahwa Belanda dan Jepang tidak berniat menjajah Indonesia bahkan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Mari kita pikirkan baik – baik dan sadari konsekuensinya..