Ketika “Islam Kiri” Populer: Jengah pada Kapitalisme, Motivasi untuk Dakwah Islam

Oleh: Reza Noormansyah

Di tengah dinamika sosial-politik yang menyelimuti negeri, dari kekhawatiran masyarakat mengenai rancangan undang-undang militer, kesibukan netizen menyusun daftar korupsi bak pergerakan klasemen liga yang tak pernah kosong pemain, hingga hadirnya eks pelarian kasus korupsi dalam jajaran dewan penasehat sebuah lembaga dana, muncul satu fenomena, yaitu popularitas “Islam kiri”.

Sebagian mungkin bertanya, mengapa “Islam kiri” tiba-tiba menjadi alternatif yang dilirik oleh khalayak, terutama kaum muda dan kelompok kritis? Jawabannya sederhana tetapi reflektif, sadar atau tidak sadar, masyarakat telah jengah dengan sajian kapitalisme yang kian mengikis rasa aman, tanpa solusi yang menandinginya. Dari kekosongan ide ini, “Islam kiri” mendapatkan momentumnya, dengan tampil menawarkan perlawanan terhadap eksploitasi kelas dan ketimpangan sosial, dua potret buram kapitalisme yang begitu kasat mata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Kebangkrutan Kapitalisme

Dominasi kapitalisme tampak pada dua hal, yaitu sistem politik transaksional dan sistem ekonomi neoliberal. Keduanya saling menopang, dan terbukti gagal menjawab persoalan rakyat. Ketimpangan ekonomi tetap tinggi, misalnya stagnasi Koefisien Gini Indonesia pada kisaran 0,38–0,41 (BPS, 2023) dan endemi korupsi masih tidak terputus, bahkan meluas. Kapitalisme tidak hanya menciptakan jurang kesenjangan, tapi juga mereduksi manusia menjadi angka statistik dan konsumen semata,

Ketika kapitalisme gagal, masyarakat secara naluriah mencari alternatif. Namun, tanpa panduan pemikiran atau pemahaman yang kokoh, pencarian itu mudah terdistorsi ke jalan-jalan parsial. Di sinilah “Islam kiri” menjadi pilihan karena ia vokal, berani, dan menyentuh problem sosial aktual. Namun, apakah itu semua cukup?

“Islam Kiri”: Respons Manusiawi?

Fenomena ini bisa dibaca sebagai respons emosional terhadap realitas ketimpangan. Ketika mayoritas umat tidak mendapatkan pendidikan yang utuh tentang Islam sebagai tatanan kehidupan, umat mereka cenderung menyerap pemikiran-pemikiran yang berserak tetapi secara retoris tampak “islami.”

“Islam kiri” menggabungkan narasi-narasi sosialisme dengan simbolisme Islam. Fokus utamanya adalah pembelaan terhadap kelas tertindas (mustadh’afin), kritik terhadap oligarki, dan solidaritas sosial. Ini adalah poin-poin yang memang bisa ditemui dalam Islam, tetapi sayangnya dipenggal dari akar aqidah Islam itu sendiri.

Islam telah jelas mendefinisikan aqidahnya, bahwa Islam bukan hanya agama spiritual atau moralitas individual, tetapi sebuah pemikiran yang menyusun kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan hukum secara utuh. Perjuangan membela yang tertindas memang bagian dari Islam, tetapi perlu dipandu oleh aqidah Islam sebagai basis struktur dan bukan sebatas emosi sosial.

Ada satu hal yang juga perlu disadari, yaitu perjuangan untuk keadilan tanpa menyentuh akar persoalan strukturalnya dikhawatirkan akan menghasilkan solusi yang tambal sulam. Layaknya memperbaiki atap rumah yang fondasinya sudah lapuk. Energi masyarakat akan terkuras karena pada setiap isu harus memforsir waktu, tenaga, serta segenap sumber dayanya.

Islam: Bukan Kanan, Bukan Kiri, tetapi Jalan yang Lurus

Di sisi lain, Islam moderat atau yang juga diasosiasikan sebagai “Islam kanan” juga telah kehilangan daya dobraknya. Ketika moderasi agama lebih menjadi proyek domestikasi Islam yang kompromistis agar jinak terhadap tatanan yang ternyata tidak ideal ini, ekspektasi umat agar Islam menyentuh persoalan pokok tidak terpenuhi. Maka muncul gap antara spiritualitas Islam dan tatanan kehidupan.

Di tengah berbagai kebingungan ini, umat sebenarnya sedang mencari arah. Umat ingin Islam yang tidak hanya mengatur ibadah pribadi, tapi juga memberi panduan dalam kehidupan bernegara. Bukan Islam yang diposisikan sekadar sebagai simbol, dan bukan pula Islam yang dikooptasi oleh kepentingan kekuasaan.

Sayangnya, hingga hari ini, wajah Islam yang utuh belum banyak dikenal. Padahal, Islam punya tatanan ekonomi yang adil, pemerintahan yang bersih dari akumulasi modal dan kekuasaan, serta visi yang memanusiakan manusia. Islam bukan hanya soal shalat dan puasa, tapi juga tentang mengatur bagaimana kekayaan didistribusikan, bagaimana kekuasaan dijalankan, dan bagaimana martabat manusia dijaga.

Lalu, Islam tidak berdiri di sisi kiri atau kanan. Islam adalah jalan yang lurus (mustaqim), bukan tengah-tengah a la spektrum Barat, tetapi jalan yang dibangun dari aqidah Islam itu sendiri. Islam mengajarkan keadilan dan menolak kesewenang-wenangan tetapi juga tidak membiarkan kebebasan lepas kendali. Islam menawarkan pandangan hidup yang konsisten, bahwa kehidupan harus dibangun atas dasar ketaatan pada aturan yang datang dari Sang Pencipta, Dzat Yang Maha Mengetahui. Dalam konteks ini, Islam bukan sekadar membela kaum tertindas, tapi mencabut akar penindasannya, sebut saja ekonomi ribawi dan privatisasi sumber daya.

Menjawab Tantangan Dakwah

Fenomena “Islam kiri” menjadi kritik diam-diam kepada pengemban dakwah Islam. “Islam kiri” adalah cerminan dari pencarian masyarakat. Masyarakat ingin arah yang baku, karena sebenarnya masyarakat tahu ada yang salah dalam tatanan yang berlaku hari ini.

Di titik inilah, tugas besar hadir: sudahkah dakwah menyentuh aspek tatanan kehidupan? Sudahkan diperkenalkan kembali wajah Islam yang menyeluruh? Sudahkah kita membumikan Islam dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dan bahkan hubungan internasional? Jika umat masih mencari-cari jawaban dari “kiri”, berarti kita belum “mampu” menunjukkan Islam sebagai aqidah yang paripurna.

Sudah saatnya kita berhenti sekadar reaktif terhadap masalah. Kini waktunya kembali mengemban dakwah sebagaimana jalan dakwah Rasulullah saw., yaitu dengan membina pemahaman aqidah Islam, membangun kesadaran kehidupan multidimensi umat, dan mengekspos tata kelola yang tidak kompatibel dengan agama. Bukan dengan membajak ide-ide kiri, dan bukan pula dengan memoderasi kapitalisme agar nampak “islami”.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top